Minggu, 20 November 2011

BERCERITA SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN PRAMUKA SIAGA

DISUSUN DAN DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT TUGAS INDIVIDU PESERTA KURSUS MAHIR LANJUTAN TINGKAT SIAGA KWARCAB BANYUMAS 

Oleh : SUMADI, S.Pd.SD 

KWARTIR RANTING LUMBIR PANGKALAN SD NEGERI 1 KEDUNGGEDE 

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 
Kepramukaan adalah salah satu pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan sebagai salah satu pilihan kegiatan ekstra kurikuler sebagai bagian dari Pengembangan Diri. Kegiatan pramuka sangat bermanfaat dalam melatih kemandirian, tanggung jawab, kepemimpinan dan masih banyak lagi manfaatnya. Pada era Globalisasi ini ternyata manfaat Pendidikan Kepramukaan masih sangat solid, karena dengan kegiatan ini dapat digunakan sebagai salah satu wadah kegiatan anak-anak dan remaja di luar sekolah.

Penulis sebagai pembina Pramuka sadar bahwa dengan Pendidikan Kepramukaan ini dapat digunakan untuk mendidik anak-anak agar memiliki kegiatan yang bermanfaat sekaligus sebagai salah satu upaya Pengembangan Diri bagi peserta didik, sehingga penulis menyadari pentingnya perencanaan dalam pendidikan kepramukaan ini. Namun banyak pembina yang mengalami kesulitan dalam melatih anak pramuka siaga. Kebanyakan anak siaga senangnya hanya menyanyi dan bermain sehingga ketika Yanda atau Bunda memberiakan materi Siaga mereka sering acuh dan ketika ada Pesta Siaga akibatnya kurang berhasil. Apabila hal ini dibiarkan maka pembinaan anak Siaga tidak pernah berhasil.

B. Dasar hukum. 
  1. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 107 Tahun 1999, tentang AD/ ART Gerakan Pramuka.  
  2. Program GUDEP tentang kegiatan ekstra kurikuler Pendidikan Kepramukaan.  
  3. Program Kwarcab tentang tindak lanjut peserta KML tahun 2009. 

C. Maksud dan Tujuan 
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah
  • Memenuhi tugas dari Kwarcab Banyumas sebagai tindak lanjut dari Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan ( KML ) yang telah dilaksanakan tanggal 13 s.d. 19 Juli 2009, di Padepokan Gunung Laos, Purwojati, Binwil Jatilawang. 
  • Memberi alternatif cara melatih anak siaga. 
  • Memajukan Gerakan Pramuka di Pangkalan SDN 1 Kedunggede khususnya dan Kwarran Lumbir umumnya. 
D. Manfaat 
  1. Bagi Pembina Memiliki peluang untuk meningkatkan kompetensi, kinerja dan profesionalisme dalam kegiatan ektra kurikuler Pramuka 
  2. Bagi Anak Didik Memberi peluang untuk mengikuti ekstra kurikuler Pramuka yang baik dan benar 
  3. Bagi Sekolah Sekolah Dasar Negeri 1 Kedunggede memiliki Pembina Pramuka yang handal, bermutu, kompeten dan frofesional. 
BAB II PERUMUSAN MASALAH 
Penulis adalah juga sebagai pelatih Pramuka di pangkalan SDN 1 Kedunggede. Ketika memberikan materi kepada anak-anak siaga, penulis merasakan bahwa seorang anak SD terutama Kelas II – IV berumur 7-10 tahun inginnya hanya bermain dan bermain. Sesuai pendapat ahli Robert J Havighurt (dalam Rusna Ristasa, 2006 : 41) mengemukakan bahwa anak SD memiliki karakteristik senang bermain,senang bergerak, senang belajar/ bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau melaksanakan atau memeragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa seorang pelatih harus mampu membuat rancangan kegiatan yang memungkinkan anak untuk bisa bermain, berpindah tempat, berkelompok dan terlibat aktif dalam suatu kegiatan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan sebuah permasalahan: apakah bercerita dapat digunakan sebagai alat pendidikan Pramuka Siaga?

BAB III PEMBAHASAN 
Sudah menjadi kodratnya bahwa anak-anak itu senang mendengarkan atau melihat cerita, baik itu cerita kartun maupun cerita dongeng. Mereka bahkan sudah mempunyai tokoh yang menjadi idolanya. Contoh tokoh cerita adalah Panji Laras, Malin Kundang, dll. Untuk tokoh kartun seperti Naruto, Dora Emon, Power Ranger, Tom and Jerry dan masih banyak tokoh kartun yang penulis sendiri tidak paham.

Dari hal tersebut penulis berusaha mencari cara untuk menyampaikan materi Siaga kepada anak-anak siaga. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis mengambil sebuah cara yaitu “Bercerita Sebagai Alat Pendidikan Pramuka Siaga”. Dalam menyampaikan materi penulis bercerita kepada anak-anak siaga. Untuk menanamkan jiwa membantu orang tua misalnya, penulis bercerita. Pada suatu keluarga dengan dua anak. Mereka adalah Pak Rudi dan Ibu Rudi. Anak sulungnya bernama Anto dan adiknya bernama Anti. Anto anak yang manja sedangkan Anti walaupun kecil tetapi sudah terlihat rajin membantu orang tuanya. Pada suatu hari Pak Rudi sakit dan harus diopname di rumah sakit. Tentu saja Ibu Rudi menemani Bapak di rumah sakit. Sedangkan Anto dan Anti tinggal di rumah karena mereka harus sekolah. Anto duduk di kelas V SD sedangkan Anti Kelas IV.

Kedua anak harus biasa mandiri. Anto yang biasanya malas, manja mau tidak mau harus bisa mandiri. Setiap pagi hari harus bangun sendiri membereskan tempat tidur, mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Padahal biasanya anto harus dibangunkan oleh ibunya setelah itu asik menonton TV melihat Film Tom Jerry kesukaannya. Namun pagi itu Anto setelah bangun membereskan tempat tidur menyapu dan menyiram bunga di pot yang ada di depan rumah. Sedangkan Anti sibuk di dapur mempersiapkan makan pagi. Kebetulan nasi kemarin masih ada di dan masih bagus. Anti menggoreng telur untuk makan pagi bersama kakaknya tepat jam 06.00 pagi semuanya sudah selesai. Lantai sudah bersih sarapan sudah siap. Mereka mandi berganti pakaian lalu sarapan pagi. Tepat jam 06.30 mereka berdua berangkat sekolah. Jam 06.45 mereka sudah sampai di sekolah. Hari itu mereka berdua kurang bisa konsentrasi pada pelajaran. Mereka ingin segera pulang sekolah . tepat jam 12.15 bel sekolah berbunyi. Semua anak pulang. Anto menunggu adiknya untuk pulang bersama-sama. Padahal biasanya mereka pulang sendiri-sendiri. Anto sudah sadar kebiasannya dahulu tidak baik. Sampai di rumah ternyata ayah bersama ibunya sudah pulang. Anto dan Anti sangat gembira karena ayahnya sudah sembuh. Ternyata ayahnya hanya membutuhkan istirahat. Sejak saat itu Anto meninggalkan kebiasaan buruknya. Anto sudah menyadari kesalahanya. Tanpa disuruh anto sekarang membuat jadual kegiatan. Kedua orang tuanya gembira melihat perubahan yang terjadi pada Anto.

Dari cerita di atas kemudian anak-anak diajak untuk melihat dirinya masing-masing. Bagi yang masih manja disuruh untuk merubah sifatnya. Itu adalah salah satu contoh cara mendidik anak siaga. Kepada pembaca diharapkan selalu menghubungkan materi siaga dengan cerita yang akan dibawakan kepada anak-anak didiknya.

BAB IV KESIMPULAN 
Dari cerita di atas dapat di ambil kesimpulan:
  1. Anak siaga senang denga cerita. 
  2. Penulis membawakan materi dengan bercerita. 
  3. Bercerita adalah salah satu alat pendidikan bagi anak-anak siaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar